Skip to main content

FAKTOR PENYEBAB DAN PROSES TRANSFORMASI BUDAYA

Transformasi budaya diawali oleh adanya unsur keterbukaan, baik yang dipaksakan maupun yang dikarenakan oleh karakter khas kebudayaan tertentu yang mudah menerima kehadiran budaya asing. Pergeseran-pergerseran yang terjadi antara setiap subbudaya kerap berjalan tidak sejalan, ada yang secara rupa sangat cepat, namun secara teknologis agak tertinggal, ada pula yang secara keseluruhan fisik telah bergeser jauh ke depan, tetapi secara mentalitas masih terbelakang.

Mengamati fenomena budaya, proses transformasi juga dapat diamati pada pergeseran nilai estetik. Pergeseran nilai estetik memiliki ketertautan dan keterkaitan secara langsung dengan proses transformasi budaya sebuah bangsa yang dipicu oleh adanya keterbukaan budaya, sesuai dengan pendapat (Agus Sachari, 83: 2005) Hal itu telah dibuktikan melalui perjalanan historis teraga di indonesia, sejak masa prasejarah, Hindu-Budha, Islam, masa kolonial hingga masa Orde Baru. Hal yang sama juga terjadi pada proses transformasi bangsa Eropa yang mulai sejak masa Yunani, dan kemudian diikuti oleh masa kegelapan, masa pencerahan, masa Revolusi Industri hingga mereka menjadi bangsa modern seperti sekarang. Artefak penting sebagai penanda utama yang dihasilkan sebagai puncak-puncak proses transformasi tersebut terwujud dalam berbagai karya besar, di antaranya adalah penemuan mesin uap, penemuan listrik, penemuan pesawat terbang, hingga pembangunan pesawat yang mampu mendaratkan manusia di bulan.

Perubahan suatu tatanan menjadi sebuah tatanan baru, bagaimanapun cepatnya tetap terikat oleh kaidah-kaidah alamiah, yaitu harus melalui suatu proses yang berjenjang. Hampir tidak ada satu perdaban pun yang mengalami perubahan seketika tanpa melalui tahapan-tahapan tersebut. Oleh karena itu, pemahaman proses transformasi dapat diandaikan sebagai suatu proses perubahan total dari suatu bentuk lama menjadi sosok baru yang mapan, dan dapat diandaikan sebagai tahap akhir dari suatu perubahan. Dapat dibayangkan sebagai suatu proses yang lama dan bertahap-tahap, atau dapat pula menjadi suatu titik balik yang cepat.

Terjadinya suatu transformasi budaya adalah reintegrasi baru berbagai sektor kehidupan. Misalnya saja nilai-nilai yang mengalami proses desintegrasi sebagai akibat adanya benturan dengan nilai-nilai baru yang datang dari luar. Benturan dengan nilai-nilai baru itu menyebabkan terjadinya kebudayaan yang kehilangan pertautan dengan berbagai sektor kehidupan manusia.

Penyebab lain terjadinya transformasi budaya dalam suatu kelompok masyarakat  adalah adanya proses pengidiologian yang mengubah mental kebudayaan lama menjadi mental kebudayaan baru ataupun terjadinya perubahan dalam lapisan sosial kebudayaan, kekuasaan, pranata nilai, oragnisasi hingga pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian proses pengidiologian ini mencakup seluruh lapisan kebudayaan.

Faktor lain yang mendasari terjadinya transformasi budaya adalah hancurnya tata nilai, kontradiksi kultural dalam berbagai macam perangkat kebudayaan. Transformasi budaya juga sebagai suatu usaha untuk mencari format dan sosok yang lebih mampu dan efektif dalam menjawab tantangan zaman dan kebudayaan yang dihadapkan kepadanya, sehingga mampu mempertahankan kelangsungan hidup dari berbagai pengaruh peradaban yang lebih kuat.

Seperti yang telah diutarakan sebelumnya mengenai transmisi kebudayaan, nilai-nilai kebudayaan bukanlah hanya sekedar dipindahkan dari satu generasi ke generasi berikutnya, tetapi dalam proses interaksi antara pribadi dengan kebudayaan betapa pribadi merupakan suatu agen yang kreatif dan bukan pasif. Di dalam proses transformasi budaya terdapat beberapa hal lain yang mempengaruhi selain dari pendidikan yaitu seperti penemuan, difusi kebudayaan, akulturasi, asimilasi, inovasi, dan prediksi masa depan serta banyak lagi terminologi lainnya. Beberapa proses tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1.) Penemuan atau Invensi
Dua konsep tersebut merupakan proses terpenting dalam pertumbuhan kebudayaan. Hal itu mengingat tanpa penemuan yang baru suatu budaya akan mati. Biasanya pengertian kedua terminologi ini dibedakan. Suatu penemuan berarti menemukan sesuatu yang sebelumnya belum dikenal tetapi telah tersedia di alam sekitar atau di alam semesta ini. Misalnya di dalam sejarah perkembangan umat manusia terjadi penemuan-penemuan dunia baru sehingga pemukiman manusia menjadi lebih luas dan berarti pula semakin luasnya penyebaran kebudayaan. Selain itu, di dalam penemuan dunia baru akan terjadi proses difusi atau proses lainnya mengenai pertemuan kebudayaan-kebudayaan tersebut. Istilah invensi lebih terkenal di dalam bidang ilmu pengetahuan.

Tahap invensi ini maka umat manusia dapat menemukan hal-hal yang dapat mengubah kebudayaan. Dengan penemuan-penemuan melalui ilmu pengetahuan maka lahirlah kebudayaan industri yang telah menyebabkan revolusi kebudayaan terutama di negara-negara bagian barat. Kemajuan di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat telah membuka harian baru di dalam kehidupan umat manusia. Ilmu pengetahuan berkembang begitu cepat dengan majunya pendidikan, sehingga apa yang telah ditemukan hari ini, akan menjadi usang di hari esok. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi setiap saat memberikan peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia modern. Pada saat ini kita hidup di abad digital yang serba cepat dan serba terukur. Semua ini merupakan suatu revolusi di dalam kehidupan dan kebudayaan manusia. Melalui invensi manusia menemukan berbagai jenis obat-obatan yang mempengaruhi kesehatan dan umur manusia, akan tetapi juga melalui kemajuan ilmu pengetahuan manusia menemukan alat-alat pemusnah massal yang dapat menghancurkan kebudayaan global. 

Invensi teknologi terutama teknologi komunikasi mengubah secara total kebudayaan dunia pada abad 21 disebut sebagai milenium teknologi yang akan mempersatukan manusia dan mungkin pula budayanya. Hal ini mengandung bahaya dengan masafikasi kebudayaan manusia. Masafikasi kebudayaan dapat berupa komersialisasi kebudayaan dan konsumerisme yang berarti pendangkalan suatu kebudayaan. Selain itu, pendangkalan kebudayaan akan berakibat dalam pembentukan kepribadian manusia. Seperti kita lihat, manusia menjadi manusia melalui kebudayaannya. Memanusia berarti membudaya, dapat kita bayangkan bagaimana jadinya proses memanusia dalam kebudayaan global. Hal ini berarti manusia akan kehilangan identitasnya dan kepribadiannya akan berbentuk kepribadian kodian.

Dewasa ini kita mulai mengenal kebudayaan global yang secara sinis disebut kebudayaan Coca-cola dan lebih dikenl dengan Mcdonald. Begitu sangat besarnya pengaruh komunikasi global sehingga muncul di dalam berbusana misalnya celana jeans Levi Strauss serta komoditi-komoditi lokal lainnya. Sangat menghawatirkan justru kebudayaan global tersebut sangat peka diterima oleh generasi muda saat ini. Hal ini berarti bahwa sedang mengancam nilai-nilai budaya etnis yang merupakan dasar pengembangan kebudayaan global. Di pihak lain teknologi komunikasi memungkinkan rekayasa kehidupan manusia modern. Rekayasa tersebut dimungkinkan oleh budaya dan kemampuan akal manusia yang terlihat dalam kemajuan pendidikan dan ilmu pengetahuan serta teknologi. Dengan demikian kebudayaan teknologi telah merupakan suatu syarat mutlak dalam pengembangan kebudayaan modern. Teknologi telah menghasilkan penemuan-penemuan baru dan penemuan-penemuan baru ini akan terus menerus semakin berkembang. Bukan suatu hal yang tidak menutup kemungkinan bahwa wajah kehidupan teknologi yang tidak atau belum dapat kita gambarkan dewasa ini. Apakah kehidupan kebudayaan pada milenium ketiga merupakan kebudayaan robotic ataukah kebudayaan yang akan lebih mementingkan harkat dan budaya manusia tidak ada seorang pun yang akan dapat memastikannya.

Penemuan-penemuan baru dan invesni-invensi melalui perkembangan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan akan semakin intens karena interaksi dengan bermacam-macam budaya akan bermacam-macam manusia. Dengan demikian penemuan-penemuan baru tidak lagi merupakan monopoli dari suatu bangsa atau suatu kebudayaan tetapi lebih menjadi milik dunia. Kebudayaan dunia yang akan muncul pada milenium ketiga dengan demikian perlu diarahkan dengan nilai-nilai moral yang telah terpelihara di dalam kebudayaan umat manusia karena kalau tidak dapat saja manusia itu menuju kepada kehancuran sendiri dengan alat-alat pemusnah yang telah diciptakannya sendiri.

2.) Difusi
Difusi kebudayaan berarti pembauran dan atau penyebaran budaya-budaya tertentu antara masyarakat yang lebih maju kepada masyarakat yang masih tradisional. Pada dasarnya setiap masyarakat setiap jaman selalu mengalami difusi. Akan tetapi proses difusi pada jaman yang lalu lebih bersifat perlahan-lahan. Namun hal itu berbeda dengan sekarang di mana abad perkembangan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan serta didorong oleh kemajuan komunikasi yang semakin maju mampu menyajikan beragam informasi yang serba cepat dan sangat intens, maka difusi kebudayaan akan berjalan dengan sangat cepat.

Bagaimanapun juga di dalam masyarakat sederhana sekalipun proses difusi kebudayaan dari Barat tetap tetap menyebar. Hal ini dapat dibuktikan dari pengamatan Margaret Mead (dalam Tilaar, 2012) yang meneliti masyarakat di kepulauan pasifik. Beberapa waktu setelah pengamatan Mead terhadap masyarakat tersebut telah terjadi perubahan masyarakat yang cukup berarti. Apa yang telah ditemukan oleh Margaret Mead dari suatu masyarakat yang tertutup dan statis ketika beliau kembali menemukan suatu masyarakat yang terbuka yang telah mengadopsi unsur-unsur budaya Barat. Lihat saja apa yang telah terjadi di negara kita, bagaimana pengaruh kebangkitan nasional terhadap kehidupan suku-suku bangsa kita. Sumpah pemuda yang lahir pada tahun 1928 telah melahirkan bahasa Indonesia sebagai bahasa kesatuan dan atau bahasa nasional yang pada notabene berasal dari bahasa Melayu dari puak Melayu yang hidup di daerah pesisir Sumatra. Pengaruh bahasa Indonesia terhadap kebudayaan lokal di Nusantara sangat besar sampai-sampai banyak anak-anak terutama di kota-kota besar yang tidak lagi mengenal bahasa lokalnya atau biasa kita sebut dengan bahasa ibu. Kita sangat memerlukan suatu kebijakan pendidikan untuk memelihara bahasa ibu dari anak-anak atau generasi penerus selanjutnya. 

3.) Akulturasi
Salah satu bentuk dari difusi kebudayaan ialah terjadinya akulturasi. Dalam proses akulturasi ini terjadi suatu proses pembauran budaya antar kelompok atau di dalam kelompok yang besar, proses pembauran budaya yang terjadi sudah berangsung sejak lama. Transformasi budaya terjadi karena adanya proses akulturasi. Proses ini merupakan salah satu wahana atau area di mana dua kebudayaan bertemu, dan masing-masing dapat menerima nilai bawaannya. Beberapa kebiasaan dan nilai-nilai baru hadir di tengah kemajemukannya kehidupan. Dalam proses akulturasi ini yang lebih diperhatikan adalah bagaimana keseragaman (homogenity), seperti adanya suatu nilai baru yang diserap hanya sebagai suatu guna yang tidak penting atau hanya sekedar tampilan, maka suatu proses akulturasi berlangsung dengan cepat.

Dewasa ini misalnya unsur-unsur budaya Jawa telah masuk di dalam budaya sistem pemerintahan di daerah. Nama-nama yang menjadi petugas negara di daerah telah mengadopsi nama pemimpin di dalam kebudayaan jawa seperti Bupati, Camat, lurah, dan unsur-unsur tersebut telah di sosialisasi dan diterima oleh masyarakat luas. Begitu pula terjadi akulturasi unsur-unsur budaya antar sub-etnis. Proses akulturasi tersebut lebih dipercepat lagi dengan adanya kemajuan sistem pendidikan yang tersentralisasi dan mempunyai kurikulum yang uniform.

4.) Asimilasi
Proses asimilasi dalam kebudayaan terjadi terutama antar etnis dengan sub budaya masing-masing. Kita lihat misalnya unsur etnis yang berada di bagian Nusantara ini dengan sub-budaya masing-masing. Selama perjalanan hidup negara kita telah terjadi asimilasi unsur-unsur budaya tersebut. Biasanya proses asimilasi dikaitkan dengan adanya sejenis pembauran antar etnis masih sangat terbatas dan kadang-kadang dianggap tabu. Namun yang terjadi dewasa ini, proses asimilasi tersebut sulit dihilangkan. 

Perbedaan agama dan kepercayaan dapat menghalangi terjadinya suatu proses asimilasi yang cepat. Di dalam kehidupan bernegara terdapat berbagai kebijakan yang mempercepat proses tersebut, ada yang terjadi dengan secara alamiah dan ada pula yang terjadi secara tidak alamiah. Biasanya proses asimilasi kebudayaan yang terjadi di dalam perkawinan akan lebih cepat dan lebih alamiah sifatnya. 

5.) Inovasi 
Inovasi mengandalkan adanya pribadi yang kreatif dan akan adanya orang cerdik pandai (local genius). Dalam setiap kebudayaan terdapat pribadi-pribadi yang inovatif. Dalam masyarakat yang sederhana yang relatif masih tertutup dari pengaruh kebudayaan luar, inovasi berjalan lebih lambat. Dalam masyarakat yang terbuka kemungkinan besar inovasi akan menjadi terbuka karena didorong oleh kondisi budaya yang memungkinkan. Oleh sebab itu, di dalam masyarakat modern pribadi yang inovatif merupakan syarat mutlak bagi perkembangan kebudayaan. Inovasi merupakan dasar atas lahirnya suatu masyarakat dan budaya modern di dalam dunia yang serba terbuka dewasa ini.

Inovasi kebudayaan dalam bidang teknologi dewasa ini begitu cepat dan begitu tersebar luas sehingga merupakan motor dari lahirnya suatu masyarakat dunia yang bersatu. Di dalam kebudayaan modern pada kemajuan teknologi dan informasi, kemampuan untuk inovasi merupakan ciri dari manusia yang dapat survive dan dapat bersaing. Persaingan di dalam dunia modern telah merupakan suatu tuntutan, oleh karena itu kita tidak mengenal lagi perdagangan bebas, dunia yang semakin terbuka tanpa batas, teknologi komunikasi yang menyatukan kehidupan. Dengan demikian wajah kebudayaan dunia masa depan akan lain sifatnya.

Besarnya peranan inovasi di dalam dunia modern, menuntut peran dan fungsi pendidikan yang luar biasa untuk melahirkan manusia-manusia yang inovatif. Dengan kata lain, pendidikan yang tidak inovatif, yang mematikan kreatifitas generasi muda, berarti tidak memungkinkan suatu bangsa untuk bersaing dan hidup di dalam masyarakat modern yang akan datang. Dengan demikian, pendidikan akan mampu menempati peranan yang sangat sentral di dalam lahirnya suatu kebudayaan pada dunia yang baru saat ini.

6.) Fokus
Konsep ini menyatakan adanya kecenderungan di dalam kebudayaan ke arah kompleksifitas dan variasi dalam lembaga-lembaga serta menekankan pada aspek-aspek tertentu. Artinya berbagai kebudayaan memberikan penekanan kepada suatu aspek tertentu misalnya kepada aspek teknologi, aspek kesenian seperti dalam kebudayaan yang ada di nusantara. Proses pembudayaan yang memberikan fokus kepada teknologi misalnya akan memberikan tempat kepada pengembangan teknologi kesempatan yang seluas-luasnya untuk berkembang. Tidak jarang terjadi dengan adanya fokus terhadap teknologi maka nilai-nilai budaya yang lain tersingkirkan atau terabaikan. Hal ini tentu merupakan suatu ba haya yang dapat mengancam kelanjutan hidup suatu kebudayaan.

Dalam dunia pendidikan hal ini sudag terjadi seperti di Indonesia. Pada dunia Barat yang telah lama memberikan fokus kepada kemampuan akal, menekankan kepada pembentukan intelektualisme di dalam sistem pendidikannya. Dengan demikian aspek-aspek kebudayaan yang lain seperti nilai-nilai moral, lembaga-lembaga budaya primer seperti keluarga, cenderung mulai diabaikan. Ikatan dalam lembaga keluarga mulai longgar, peraturan-peraturan seks mulai di langgar dengan adanya kebebasan seks dan kebebasan pergaulan. Sistem pendidikannya dengan demikian telah terpisahkan atau teralienasi dari totalitas kebudayaan.

Kita dapat memberikan fokus tertentu kepada pengembangan ilmu pengetahuan, asal saja dengan fokus tersebut tidak mengabaikan kepada terbentuknya manusia yang utuh seperti yang telah diuraikan di muka. Kebudayaan yang hanya memberikan fokus kepada teknologi akan mengahasilkan manusia-manusia robot yang tidak seimbang, yang bukan tidak mungkin berbahaya bagi kelangsungan hidup kebudayaan tersebut.

Proses pembudayaan melalui fokus itu kita lihat betapa besar peranan pendidikan. Pendidikan dapat memainkan peranan penting di dalam terjadinya proses perubahan yang sangat mendasar tersebut tetapi juga yang dapat menghancurkan kebudayaan itu sendiri.

7.) Krisis
Konsep tersebut merupakan konsekuensi akibat proses akulturasi kebudayaan. Suatu contoh yang jelas timbulnya krisis di dalam proses westernesasi terhadap kehidupan budaya-budaya Timur. Sejalan dengan maraknya koloniasme ialah masuknya unsur-unsur budaya Barat memasuki dunia ketiga. Terjadilah proses akulturasi yang kadang-kadang menyebabkan hancurnya kebudayaan lokal. Timbulnya krisis yang menjurus kepada hancurnya sendi-sendi kehidupan yang orisinil. Lihat saja kepada krisis moral yang terjadi pada generasi muda yang diakibatkan oleh masuknya nilai-nilai budaya Barat yang belum serasi dengan kehidupan budaya yang ada. Keluarga mengalami krisis, peranan orang tua dan pemimpin mengalami krisis. Krisis kebudayaan tersebut akan lebih cepat dan intens di dalam era komunikasi yang pesat.

Krisis yang dapat menyebabkan dis-organisasi sosial misalnya dalam gerakan reformasi total kehidupan. Bangsa indonesia dewasa ini di dalam memasuki era reformasi menghadapi suatu era yang kritis karena masyarakat mengalami krisis kebudayaan. Apabila gerakan reformasi tidak diarahkan sebagai suatu gerakan moral maka gerakan tersebut akan kehilangan arah. Gerakan reformasi akan menyebabkan krisis sosial, krisis ekonomi dan berbagai jenis krisis lainnya. Oleh sebab itu, gerakan reformasi total dewasa ini perlu diarahkan dan dibimbing oleh nilai-nilai moral yang hidup di dalam kebuayaan bangsa indonesia. Dalam kaitan ini peranan pendidikan sangat menentukan karena pendidikan didasarkan kepada nilai-nilai moral bangsa dalam jangka panjang akan memantapkan arah jalannya reformasi tersebut. Dalam jangka panjang pendidikan akan menentukan pencapaian tujuan dari reformasi itu sendiri.


Popular posts from this blog

LATAR BELAKANG MPA'A GANTAO DI MASYARAKAT BIMA

Dalam seni tari Bima, semua jenis tarian rakyat disebut Mpa’a ari mai ba asi (Tari diluar pagar istana). Hal ini berarti bahwa atraksi kesenian ini tumbuh dan berkembang diluar lingkungan istana, yang lazim di sebut tarian rakyat. Meskipun tarian rakyat tumbuh dan berkembang di luar istana, namun sultan melalui para seniman istana tetap mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan tarian rakyat. Dengan demikian mutu tari tetap terpelihara dan terpacu pada nilai, norma agama dan adat yang islami. (M. Hilir Ismail, 2006 : 23). Berbicara tentang latar belakang Mpa’a Gantao sampai sekarang belum ada penjelasan yang bisa dijadikan sebagai pedoman, tetapi dari cerita yang berkembang di masyarakat  Bima. Mpa’a Gantao berasal dari Sulawesi selatan yang namanya Kuntao. Mpa’a Gantao ini dimainkan pada saat islam masuk di tanah Bima. Mula-mula Kuntao atau yang dikenal di masyarakat  Bima Gantao ini dimainkan oleh para pedagang dari Sulawesi untuk mengumpulkan masyarakat agar barang d...