Cosgirto ergo sum, sebuah ungkapan beraliran rasionalisme yang pernah diungkapan oleh seorang filsuf Perancis Descrates, yang memiliki arti “Aku berpikir maka aku ada”. Kata “ada” dalam tema tersebut berarti keberadaan atau eksistensi. Seseorang yang memiliki sumbangsi pemikiran akan membuatnya dianggap ada dalam lingkungannya. Sebaliknya, yang hanya sekedar hidup tanpa “berpikir” maka ia tidaklah dianggap ada. Berangkat dari pemahaman tersebut, saya meyakini bahwa kontribusi sekecil apapun yang dapat saya berikan dan berimplikasi pada perubahan ke arah yang lebih baik sedikit banyak telah membuktikan keberadaan saya.
Hal tersebutlah yang membuat saya tergerak untuk aktif berkontribusi pada salah satu gerakan sosial atau pada Lembaga swadaya masyarakat (LSM) Latar Nusa Makassar yang bergerak mengangkat citra kesenian orang kampung, khususnya dalam bidang seni dan budaya di daerah-daerah yang masih termarjinalkan.
Secara resmi, Latar Nusa Makassar terbentuk pada tahun 1986 Sulawesi Selatan, berangkat dari kegelisahan dan tekat yang kuat dari bapak Halilinthar Lathief, dosen di salah satu perguruan tinggi negeri di Makassar. Beberapa kegiatan telah dilakukan dalam bidang kesenian diantaranya tiap tahun tetap konsisten memperingati hai Tari Dunia, Kesenian masyarakat Pesisir, Festival Selat Makassar dan lainnnya.
Sekarang saya tercatat sebagai anggota Latar Nusa Makassar sebagai koordinator Jalin Sutra (Jalinan seni lintas nusantara). Dalam menjalankan tugas saya sebagai anggota, ada begitu banyak hal yang bisa saya pelajari, diantaranya kemampuan berkomunikasi atau Human Relations dengan beberapa sanggar-sanggar yang berada di beberapa daerah khususnya di Sulawesi Selatan. yang tentunya sangat menunjang dalam hal perekrutan sumber daya yang kadang bahkan membutuhkan pendekatan personal (personal approachment, selain itu, saya juga banyak belajar tentang manajemen untuk menunjang kemampuan manajerial yang saya miliki.
Saya meyakini bahwa, berkontribusi dalam organisasi ini merupakan langkah kecil yang nantinya akan berdampak besar terhadap pengembangan mutu dan kualitas pendidikan Indonesia khususnya dalam program pendidikan seni. Sebuah kontribusi yang akan menyukseskan organisasi saya, sekaligus berimplikasi terhadap pengembangan masyarakat, dan tentunya bermanfaat bagi kemajuan bangsa dan Negara.
Sebagai seorang mahasiswa, pada strata S1 sedikit tidaknya banyak hal kecil yang pernah saya lakukan dalam bidang seni. Bagaimana meramu kesenian sebagai salah satu pembentuk karakter generasi pelanjut, karena kesenian merupakan salah satu warisan leluhur yang tak ternilai oleh apapun. Pada saat ini sebagai mahasiswa yang melanjutkan program magister pada jurusan IPS kekhususan pendidikan Antropologi program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar, selain aktif menyibukkan diri dengan urusan akademik, konsentrasi ilmu yang saya tekuni membuat saya terbiasa bersentuhan dengan isu-isu seputar sosial kemasyarakatan di lingkungan sekitar, semisal isu sosial budaya, pemerataan pendidikan, sampai bagaimana meramu pendidikan seni sebagai pembentuk karakter generasi pelanjut bangsa.
Untuk kedepan dengan modal sarjana pendidikan seni drama, tari dan musik, dengan perpaduan ilmu Antropologi saya akan berusaha mewujudkan bagaimana menerapkan nilai-nilai yang ada dalam kesenian menjadi salah satu aspek atau arah untuk pembangunan pendidikan khususnya di daerah Bima tanah kelahiran saya. Menerapkan nilai-nilai kebudayaan dari kesenian yang ada dan falsafah hidup menjadi salah satu pondasi untuk pengembangan jati diri bangsa. Konsep ini sepertinya sesuai dengan kondisi pendidikan kita hari ini untuk membangun sebuah identitas, pengenalan nilai budaya lokal ini merupakan upaya dalam rangka membangun identitas. Sehingga arah membangun pendidikan berbasis budaya lokal sangat relevan pada saat ini.
Mengajar dan berkesenian adalah pekerjaan yang paling bermanfaat bagi setiap kita yang sedang belajar, mengajar akan menciptakan pengalaman, yang mana pengalaman adalah guru terbaik bagi setiap pembelajaran. Sebagai penutup, Nelson Mandela pernah mengatakan “education is the best weapon to change the world”(pendidikan adalah senjata terbaik untuk merubah dunia), sebagaimana perubahan positif hanya akan bisa dibawa oleh yang terdidik, dan hanya mereka yang terdidiklah yang mampu mewarnai dunia dengan perubahan. Dengan pendidikan seni kita mampu mewujudkan generasi yang berkarakter sesuai dengan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam makna kesenian dari masing-masing daerah seluruh indonesia.
Semangat kepemudaan inilah yang pada akhirnya mengarahkan saya untuk terus mencoba menjadi pembelajar dan pengajar yang baik bagi siapapun yang membutuhkan. Saya percaya bahwa pengetahuan ada dan “diciptakan” untuk menjadi penerang bagi siapapun yang mencari, menjadi penjaga bagi setiap yang memilikinya, dan tentu akan memberikan dampak yang sangat berarti dalam kehidupan masyarakat apabila bisa diamalkan dengan baik.