Skip to main content

RITUAL TAHUNAN UNTUK MEMPERTAHANKAN TRADISI MARITIM “FESTIVAL GUNUNG API SANGIANG ”


Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat dikenal dengan poros maritimnya. Lautan luas yang saling membatasi, secara geografis akan menumbuhkan kebudayaan yang berbeda. Dengan luasanya wilayah laut Indonesia atau dikenal juga dengan sebutan Nusantara sangat memberikan pengaruh yang cukup besar bagi pelayaran dunia, dimana kekayaan laut Nusantara menjadi incaran bagi negara-negara barat dan pentingnya laut nusantara sebagai jalur perdangan internasional menjadikan kita sebagai poros maritim dunia.

Sangiang adalah salah satu nama gunung berapi yang berada di Pulau Sumbawa. Pada awal sejarahnya orang sangiang mendiami wilayah pulau sangiang yang berada ditengah lautan luas, tetapi karena letusan dasyat yang terjadi pada Tahun 1985 seluruh warga yang mendiami Pulau tersebut di evakuasi dan menetap diwilayah daratan atau yang lebih dikenal oleh masyarakat sekitar dengan sebutan Sangiang Darat. Tepatnya Desa Sangiang berada di Wilayah Timur kabupaten Bima yang terletak di pesisir dan bisa dikatakan pinggiran.  Desa sangiang ini terbentuk dari beberapa dusun yakni dusun lajoro, tewo, baronjo, Sarae, Karombo, doroma, sangiang dan lasinta. Ada beberapa dusun yang sangat dekat dengan Bibir pantai yaitu dusun tewo, sarae dan lasinta. Sementara desa yang lain lumayan jauh dari bibir pantai terutama Desa tetangga yaitu Rangga Solo. 

Jarak tempuh dari wilayah Kota Bima ke Desa Sangiang Kurang Lebih 70 Kilometer atau menempuh perjalanan selama 1 jam 30 menit kita bisa sampai di wilayah Sangiang darat. Sebelum memasuki wilayah Desa Sangiang kita akan melewati Kecataman Ambalawi dan beberapa Desa yang berada di Wilayah Kecamatan Wera, selama dalam perjalanan kita akan disuguhkan dengan berbagai keindahan panorama alam yang sangat indah. Tandusnya beberapa Gunung dan Hijaunya tanaman disawah kiri kanan jalan menjadikan pengobat lelah dalam perjalanan. Suguhan pemandangan dari kejauhan terlihat sebuah gunung yang berada ditengah lautan luas menambah rasa penasaran dalam diri untuk bisa secepatnya berada dalam kawasan Pantai daratan Sangiang. Tetapi tidak cukup sampai disitu tidak sah atau afdhal rasanya ketika kita tidak menginjakkan kaki didaratan Wilayah Gunung Sangiang Pulo.

Sebagai masyarakat yang mendiami wilayah pesisir, masyarakat desa Sangiang sangat menggantungkan sumber kehidupannya pada hasil laut. Pada umumnya bekerja sebagai nelayan dan berlayar ke berbagai daerah wilayah Indonesia untuk menjual hasil bumi yang ada di Bima. Sebagai nelayan mereka menangkap ikan dengan menggunakan alat yang masih sederhana dan tradisional. Setiap hari aktifitas ini dilakukan oleh sebagian besar masyarakat desa sangiang dengan menggunakan Sampa atau perahu berukuran kecil yang masih menggunakan layar mini sebagai pembantu memanfaatkan angin untuk berlayar. Akan tetapi ada juga yang menggunakan Sope atau jenis perahu yang sudah menggunakan mesin sebagai alat untuk berlayar.


“Festival Gunung Api Sangiang”

Festival Gunung Api Sangiang merupakan salah satu agenda atau sudah menjadi upacara tahunan yang diselenggarakan oleh seluruh masyarakat Desa Sangiang yang sudah terlaksana dalam tiga tahun terkahir. Hajatan ini merupakan salah satu bentuk untuk mempertahankan tradisi kemaritiman masyarakat sekitar. Kerjasama masyarakat dalam penyelenggaraan event ini sangat terlihat dan mengikat rasa solidaritas masyarakat yang memiliki kepentingan bersama. Kegiatan seperti ini merupakan bahagian integral dari salah satu kebudayaan masyarakat yang berfungsi sebagai pengokoh norma serta nilai budaya yang telah berlaku dalam masyarakat secara turun temurun. Mengingat pentingnya melestarikan tradisi kemaritiman ini merupakan contoh nyata bahwa dalam kegiatan sehari-sehari para pendahulu sangat berkaitan erat dengan laut.

Untuk membuktikan sebagai pelaut ulung yang mampu menaklukan ganasanya ombak, masyarakat Desa Sangiang menyelenggarakan berbagai item kegiatan diantaranya adalah “LOMBA SAMPAN LAYAR TRADISIONAL” yang menjadi jualan utama dalam event “FESTIVAL GUNUNG SANGIANG API”.

Popular posts from this blog

FAKTOR PENYEBAB DAN PROSES TRANSFORMASI BUDAYA

Transformasi budaya diawali oleh adanya unsur keterbukaan, baik yang dipaksakan maupun yang dikarenakan oleh karakter khas kebudayaan tertentu yang mudah menerima kehadiran budaya asing. Pergeseran-pergerseran yang terjadi antara setiap subbudaya kerap berjalan tidak sejalan, ada yang secara rupa sangat cepat, namun secara teknologis agak tertinggal, ada pula yang secara keseluruhan fisik telah bergeser jauh ke depan, tetapi secara mentalitas masih terbelakang. Mengamati fenomena budaya, proses transformasi juga dapat diamati pada pergeseran nilai estetik. Pergeseran nilai estetik memiliki ketertautan dan keterkaitan secara langsung dengan proses transformasi budaya sebuah bangsa yang dipicu oleh adanya keterbukaan budaya, sesuai dengan pendapat (Agus Sachari, 83: 2005) Hal itu telah dibuktikan melalui perjalanan historis teraga di indonesia, sejak masa prasejarah, Hindu-Budha, Islam, masa kolonial hingga masa Orde Baru. Hal yang sama juga terjadi pada proses transformasi bangsa E...

LATAR BELAKANG MPA'A GANTAO DI MASYARAKAT BIMA

Dalam seni tari Bima, semua jenis tarian rakyat disebut Mpa’a ari mai ba asi (Tari diluar pagar istana). Hal ini berarti bahwa atraksi kesenian ini tumbuh dan berkembang diluar lingkungan istana, yang lazim di sebut tarian rakyat. Meskipun tarian rakyat tumbuh dan berkembang di luar istana, namun sultan melalui para seniman istana tetap mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan tarian rakyat. Dengan demikian mutu tari tetap terpelihara dan terpacu pada nilai, norma agama dan adat yang islami. (M. Hilir Ismail, 2006 : 23). Berbicara tentang latar belakang Mpa’a Gantao sampai sekarang belum ada penjelasan yang bisa dijadikan sebagai pedoman, tetapi dari cerita yang berkembang di masyarakat  Bima. Mpa’a Gantao berasal dari Sulawesi selatan yang namanya Kuntao. Mpa’a Gantao ini dimainkan pada saat islam masuk di tanah Bima. Mula-mula Kuntao atau yang dikenal di masyarakat  Bima Gantao ini dimainkan oleh para pedagang dari Sulawesi untuk mengumpulkan masyarakat agar barang d...